Oleh. Mario Valentinus Tanik
Dunia Baru
dan Literasi Digital.
Pandemi
Covid-19 yang telah berlangsung dua tahun lebih mempengaruhi berbagai sendi
kehidupan manusia seperti kesehatan masyarakat, perekonomian, aktivitas
pendidikan, dan berbagai sendi kehidupan lainnya. Kondisi ini berpengaruh
secara global dan lokal. Kenyataan ini mendorong pemerintah negara di seluruh
dunia mengambil berbagai macam kebijakan untuk melindungi warganya. Salah satu
kebijakan yang paling lazim adalah pembatasan jarak dan kegiatan. Oleh
pemerintah daerah, kebijakan in diterapkan sesuai dengan kondisi setempat. Di
Indonesia, kebijakan ini lazim disebut Pemberlakuan pembatasan kegiatan
masyarakat (PPKM). Nusa Tenggara Timur, merupakan salah satu provinsi yang
menerapkan kebijakan ini, demi melindungi masyarakat-nya. Bertolak dari kondisi
yang berimplikasi terhadap pembatasan aktivitas masyarakat, aktivitas ekonomi,
aktivitas pendidikan, dan aktivitas sosial, hal ini sangat mempengaruhi aspek
kehidupan masyarakat.
Berbagai
aktivitas ini berdampak pada kondisi sosio-ekonomi masyarakat, khususnya
masyarakat rentan dan yang berada di bawah garis kemiskinan. Oleh sebab itu,
pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, mengeluarkan berbagai
kebijakan untuk menanggulangi penyebaran pandemi. Kendati demikian, pelaksanaan
berbagai kebijakan ini perlu dipantau dan dievaluasi untuk mengetahui
efektivitasnya. Salah satu dampak yang sangat mencolok dari PPKM ini adalah
munculnya dunia baru, yakni Literasi digital.
Literasi Digital di
Masa Pandemi merupakan pengetahuan penggunaan media digital, seperti alat
komunikasi dan jaringan internet. Keahlian penggunaan literasi digital mencakup
kemampuan untuk menemukan, mengerjakan, menggunakan, membuat serta
memanfaatkannya dengan cakap, cerdik, dan tepat sesuai kegunaannya. Dalam masa
pandemi ini, masalah yang masih dihadapi oleh masyarakat NTT adalah minimnya
sumber daya alam (SDA), dalam hal ini adalah masalah perekonomian. Dari sektor perekonomian ini, bumi
Nusa bunga mengalami
kemerosotan yang serius. Hal ini, layaknya mengingatkan kita pada 1982, yang
mana Negara mengalami masa-masa krisis ekonomi. Masalah ini tidak hanya berdampak pada masyarakat tetapi deviasi Daerah NTT. Sebagai kaum millennial yang solutif dan inovatif, cara
mempersenjatai diri melawan dan mengendalikan situasi perekonomian di masa
pandemi ini adalah memanfaatkan media digital dengan berliterasi; Demi tujuan memulihkan kembali perekonomian yang tengah mengalami kemerosotan.
Fase baru
dalam dunia modern memberi penekanan bagi setiap orang untuk memahami beberapa
aspek kehidupan. Perspektif atas dunia dan situasi sekarang, membuat orang
mampu beradaptasi dan bersaing dalam berbagai bidang. Dalam masa pandemi ini,
pencapaian revolusi industri 4.0 semakin relevan dan signifikan dalam membantu
masyarakat di setiap ranah kehidupan, Khususnya masyarakat Nusa Tenggara Timur
(NTT).
Pandemi
covid-19 telah berhasil mengubah sikap manusia dalam menata kehidupan
masyarakat. Hal ini menjadikan masyarakat memiliki banyak waktu di rumah.
Namun, kendati demikian sebagai masyarakat yang beradaptasi dengan perkembangan
zaman, masyarakat NTT mampu menciptakan budaya-budaya baru, termasuk budaya
literasi. Dilihat dari berbagai aspek, budaya literasi merupakan sarana
rekonstruksi dengan berbagi cara. Dengan adanya budaya ini,
masyarakat dapat melakukan berbagai hal melalui budaya ini, khususnya literasi
Digital.
Munculnya
literasi digital, berawal dengan hadirnya revolusi industri 4.0 yang membantu
masyarakat berkiblat dalam dunia digital. Dengan literasi digital, masyarakat
dapat memperoleh berbagai macam peluang untuk berselancar dalam dunia digital.
Konsekuensi logis untuk memahami atau membaca peluang di masa pandemi,
masyarakat perlu memahami satu konsep literasi kritis dalam dunia digital
sebagai bentuk pemecahan persoalan yang ditawarkan dalam dunia digital.
Literasi kritis yang dimaksudkan adalah analisis strength (kekuatan),
weakness (kelemahan), opportunities (peluang), threats (ancaman)
atau dikenal dengan sebutan SWOT, yakni sebagai landasan sebelum membuka usaha di masa pandemi. Hal tersebut
menunjukan suatu bentuk implementasi dari budaya literasi. Berkaitan
dengan hal ini, masyarakat dapat melakukan literasi investasi untuk menata
kembali ekonomi di tengah situasi pandemi. Terlepas dari khalayak
masyarakat, institusi Pendidikan pun mengambil bagian dalam mempengaruhi
keterampilan pelajar untuk berliterasi dan memperkenalkan siswa pada sistem
digital. Hal ini dapat dikatakan sebagai suatu peningkatan literasi pendidikan.
Produktivitas
dari gebrak revolusi industri 4.0 dan literasi digital membantu masyarakat
menyambut gayung sosio-ekonomi di masa pandemi. Budaya literasi digital
membantu masyarakat untuk mengasa keterampilan dan inovasi dalam berbagai
aspek.
Nusa Tenggara
Timur (NTT) merupakan salah satu provinsi yang membangun perubahan di masa
modern, khususnya dunia digital. Kolaborasi dunia digital ini, dapat
membangkitkan literasi digital kalangan masyarakat NTT, Instansi, para
pelajar. Contoh dari revolusi literasi digital yang membantu masyarakat
dalam sosio-ekonomi yakni dunia perbankan. Sistem baru atau platform dari perbankan
khususnya BANK NTT, yakni membuat terobosan baru dalam kemajuan literasi
digital bagi masyarakat NTT. Terobosan yang dimaksudkan adalah aplikasi e-banking,
B’Pung mobile dan mobile banking, yang merupakan sarana transaksi perbankan. Dari fasilitas bank NTT Mobile Banking
merupakan suatu gerakan dari revolusi industri 4.0 sebagai bentuk
platform Android.
Dalam memahami konsep revolusi industri 4.0 dan budaya
literasi digital, masyarakat dapat memberi pemahaman atau analisis mengenai
literasi digital yang terkadang memberi penawaran positif atau negatif. Namun,
untuk memahami pola pikir terhadap teknologi dan berbagai peluang yang
diberikan dalam dunia digital, kita, sebagai masyarakat NTT saling bersolider
terhadap edukasi budaya teknologi. Sehingga dalam berkiblat di dunia digital
kita mengupayakan diri untuk tidak mempersoalkan keadaan masyarakat NTT.
Dari investigasi terhadap budaya digital, hal ini memungkinkan memberi
transformasi bagi setiap masyarakat sebagai implementasi terhadap budaya literasi.
Hemat saya,
budaya literasi dalam dunia digital mampu menyadarkan setiap orang
mengenai pentingnya manfaat literasi di masa pandemi; Menurut Brian Wright
dalam infographics yang berjudul Top 10 Benefits of Digital Literacy: Why
You Should Care About Technology, ada 10 manfaat penting dari literasi
digital, sebagai berikut: Menghemat waktu, Menghemat uang, Belajar lebih cepat,
Lebih aman, Memperoleh informasi terkini, Selalu terhubung, Membuat keputusan
yang lebih baik, Membuat dan membantu pekerjaan, Membuat lebih bahagia,
dan Mempengaruhi dunia.
Literasi digital telah membawa banyak manfaat bagi kehidupan masyarakat. Manfaat
tersebut di antaranya: Lingkungan
masyarakat mampu menggunakan media internet sebagai rekonstruksi perekonomian.
Selain hal ini, literasi digital dapat disosialisasi bahan referensi tentang
hukum dan etika dalam menggunakan media digital oleh berbagai pihak agar
membantu masyarakat. Dalam budaya
literasi, seseorang bisa membagikan cara-cara berselancar dalam dunia digital,
dan memberi edukasi terkait masalah-masalah yang muncul dalam gebrakan
revolusi industri 4.0. Maka budaya literasi digital menjadi sarana
potensial bagaimana seseorang dapat berteknologi.