Pelukis di bulan Maret.
Oleh. Mario Valentinus Tanik.
Hujan gerimis di bulan Maret
sekali lagi muncul, menghampiri pemilik cerita di bulan yang sama. Detak jantung, pikiran, dan imajinasiku berhenti berfungsi, terputus di kaki lembah. Hingga gerimis bergerak sejak sore tiba, menyapaku di bulan Maret dengan ciuman hangat saat aku mengingat namanya.
Dia adalah seorang pelukis yang terampil, keahliannya melukis cerita tentang penampilannya di bulan Maret. Inilah awal ceritaku bersama sang pelukis.
#
Pada hari itu, hari pertama aku mengingat namanya. Dia adalah Ros, pelukis di bulan Maret. Namanya memberikan sejuta cerita melalui lukisannya yang terpampang di ingatan setiap orang. Seorang pelukis terampil yang meninggalkan kenangan, terpatri pada lembaran baru di bulan Maret. Sosok di bulan Maret itu terus mendorongku untuk menulis, dan terus menulis cerita hidupnya yang masih terpantul di wajahku. Sebuah pena terus menari di lembaran baru, seolah-olah namanya adalah puisi yang harus kutulis.
Aku... Riven. Orang-orang memanggilku dengan nama itu. Namun, melihat hal itu, aku merasa malu ketika teman sebayaku memanggil nama desaku, "Ama". Ama adalah sebutan untuk seorang pria di desaku. Mengingat sebutan yang melekat pada bibir-bibir yang polos itu, aku merasa tak berdaya. Aku adalah pemuda desa yang lahir dan bertambah tua di desaku. Oh..! semuanya masih tentang pelukis di bulan Maret. Dia adalah sosok yang kukenal dengan julukan 'pelukis' dalam setiap kata orang-orang di desaku. Dia lahir sebagai wanita terhebat yang melukis cerita hidup unik di bulan Maret.
Sore itu, ibuku memintaku untuk mengantarkan vas bunga mawar kepada pelukis di bulan Maret. Aku beranjak dari rumah menuju tempat yang dibisikkan oleh ibuku di telinga kiriku. Aku masih menyimpan bisikan itu rapi di ingatanku, sampai senyum manis terus memancar di wajahku dan tidak memudar sama sekali meski suara keras mesin penggilingan padi Paman Andi. Di persimpangan menuju tempat itu, aku mencoba mengingat bisikan ibuku. Oh..! ternyata aku masih mengingatnya dengan baik seperti doa yang diajarkan oleh nenekku di senja hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar