Sabtu, 27 April 2024

Aku Bukan dari Rahimnya


 


Aku Bukan dari Rahimnya"

 Valentinus Mario

 Di dalam kegelapan malam yang sunyi,

Aku berdiri dengan hati yang hampa,

Bukan dari rahimnya aku tercipta,

Terpisah jauh dari ikatan suci.

 

Tak ada darah yang mengalir di nadi,

Tak ada belaian dari ibu yang tulus,

Aku hanyalah bayangan yang terbuang,

Di dunia yang tak pernah memelukku.

 

Meski tak bersama dalam pangkuan hangat,

Namun aku tetap menjalani hidup ini,

Menyusuri jejak tanpa asal-usul,

Aku bukan dari rahimnya, namun hidupku nyata.

 

Dalam sunyi yang mendalam, aku berdiri tegar,

Menyongsong masa depan tanpa belas kasihan,

Aku bukan dari rahimnya, namun aku tetap ada,

Menyinari dunia dengan cahaya yang ku miliki.Di dalam kegelapan malam yang sunyi,

Aku berdiri dengan hati yang hampa,

Bukan dari rahimnya aku tercipta,

Terpisah jauh dari ikatan suci.


Tak ada darah yang mengalir di nadi,

Tak ada belaian dari ibu yang tulus,

Aku hanyalah bayangan yang terbuang,

Di dunia yang tak pernah memelukku.

 

Meski tak bersama dalam pangkuan hangat,

Namun aku tetap menjalani hidup ini,

Menyusuri jejak tanpa asal-usul,

Aku bukan dari rahimnya, namun hidupku nyata.

 

Dalam sunyi yang mendalam, aku berdiri tegar,

Menyongsong masa depan tanpa belas kasihan,

Aku bukan dari rahimnya, namun aku tetap ada,

Menyinari dunia dengan cahaya yang ku miliki.

Selasa, 12 Maret 2024

Ros



Ros, bunga yang mekar 
dalam kenangan

Oleh:  Valentinus Mario

Hari yang sunyi, angin berbisik lembut,
Ros, engkau hadir dalam bayangan dan cahaya.
Ulang tahunmu yang ke-38, sebuah momen istimewa,
Meski kau telah pergi, namun kenangan tetap abadi.
 
 
Ros, engkau adalah lagu yang tak pernah berakhir,
Melodi yang mengalun dalam hati kami yang pilu.
Di setiap hembusan angin yang lembut dan halus,
Kau menyapu rindu, mengusir kesedihan yang terdalam.
 
Ulang tahunmu yang ke-38, sebuah perjalanan yang terhenti,
Namun cinta dan kebaikanmu tetap mengalir dalam jiwa.
Kami merayakannya dengan puisi yang penuh makna,
Sebagai ungkapan rindu yang tak terucapkan.
 
Selamat ulang tahun, Ros yang tercinta,
Semoga rohmu beristirahat dalam kedamaian yang abadi.
Kami akan terus menyimpanmu dalam hati kami,
Dalam setiap puisi puitis yang tercipta untukmu.

Kupang_Walikota 13 Maret 2024


Senin, 13 Maret 2023

Pelukis.


        Pelukis di bulan Maret. 
Oleh. Mario Valentinus Tanik.


Hujan gerimis di bulan Maret
 sekali lagi muncul, menghampiri pemilik cerita di bulan yang sama. Detak jantung, pikiran, dan imajinasiku berhenti berfungsi, terputus di kaki lembah. Hingga gerimis bergerak sejak sore tiba, menyapaku di bulan Maret dengan ciuman hangat saat aku mengingat namanya. 
Dia adalah seorang pelukis yang terampil, keahliannya melukis cerita tentang penampilannya di bulan Maret. Inilah awal ceritaku bersama sang pelukis.
 
#
 
Pada hari itu, hari pertama aku mengingat namanya. Dia adalah Ros, pelukis di bulan Maret. Namanya memberikan sejuta cerita melalui lukisannya yang terpampang di ingatan setiap orang. Seorang pelukis terampil yang meninggalkan kenangan, terpatri pada lembaran baru di bulan Maret. Sosok di bulan Maret itu terus mendorongku untuk menulis, dan terus menulis cerita hidupnya yang masih terpantul di wajahku. Sebuah pena terus menari di lembaran baru, seolah-olah namanya adalah puisi yang harus kutulis.
 
 
Aku... Riven. Orang-orang memanggilku dengan nama itu. Namun, melihat hal itu, aku merasa malu ketika teman sebayaku memanggil nama desaku, "Ama". Ama adalah sebutan untuk seorang pria di desaku. Mengingat sebutan yang melekat pada bibir-bibir yang polos itu, aku merasa tak berdaya. Aku adalah pemuda desa yang lahir dan bertambah tua di desaku. Oh..! semuanya masih tentang pelukis di bulan Maret. Dia adalah sosok yang kukenal dengan julukan 'pelukis' dalam setiap kata orang-orang di desaku. Dia lahir sebagai wanita terhebat yang melukis cerita hidup unik di bulan Maret.
 
Sore itu, ibuku memintaku untuk mengantarkan vas bunga mawar kepada pelukis di bulan Maret. Aku beranjak dari rumah menuju tempat yang dibisikkan oleh ibuku di telinga kiriku. Aku masih menyimpan bisikan itu rapi di ingatanku, sampai senyum manis terus memancar di wajahku dan tidak memudar sama sekali meski suara keras mesin penggilingan padi Paman Andi. Di persimpangan menuju tempat itu, aku mencoba mengingat bisikan ibuku. Oh..! ternyata aku masih mengingatnya dengan baik seperti doa yang diajarkan oleh nenekku di senja hari.


Selasa, 07 Maret 2023

Senja


   

 Sosok senja hari. 

Oleh. Mario Valentinus Tanik.

 

 

*

Hembusan angin di senja hari membuat halaman rumahku terasa sejuk. Aku mendengar suara teriakan anak Jangkrik yang terus berteriak tentang seseorang yang menghampiri rumah ku dan mencoba untuk memandang sekitar halaman rumah yang penuh dengan bunga yang memberi aroma yang memanjakan pada setiap pengunjung. 


**

Sore itu kira-kira pukul 16:34. Aku masih berbaring hingga tak sadar dan ponsel selulerku berbunyi dan memecahkan kesunyian di senja hari. Teriakan anak Jangkrik kembali terdengar hingga sudut kamarku dan memberi tanda seolah-olah tak ada penghuni pada rumah ini. Di senja hari yang teduh hentakan kaki kembali melangkah dan bunyi dedaunan yang terinjak mulai terdengar di jalan dekat halaman rumah ku. 


*** 

Aku kaget...Aduh! Perlahan aku mulai menoleh dan membidik melalui gorden yang sedikit terbuka pada sudut jendela, lalu memandang tersipu pada sosok yang kulihat di senja hari. Tuhan!!  Sontak aku sadar dan terus memandang pada sosok pemberani yang kulihat pada senja hari. Dia memandang sekitarnya dan memberanikan diri untuk membuka. Aku masih diam terpaku, malu dan terus menahan pandangan ku untuk tetap memandangnya hingga aku melihat lengan kanannya mulai tergerak untuk menyimpan secarik surat di senja hari. 


****

Sejuk angin di senja hari terus melambai pada pepohonan tua, dan bunga-bunga yang mekar di pagi hari yang kian layu pada senja yang teduh mulai terlihat. Hangatnya tubuh di senja hari mulai terkikis oleh dingin. Guyuran dedaunan berterbangan tanpa arah dan jatuh pada sosok yang kulihat di depan halaman rumahku. Aku masih berdiam diri dikamar dan terus menerus menoleh pada sosok di senja hari. Kelopak mataku kembali terpejam karena seekor nyamuk nakal mencoba untuk mencicip darahku di senja hari. Aku sadar...lalu tersenyum pada sosok itu....Lagi-lagi aku memandang lengan sosok itu yang terus bergerak sambil mencari sesuatu yang dipegangnya. Dia rapih, cantik, manis dan rambutnya bergelombang, dan aku mencium aroma  harum yang melintasi sudut kamarku. 


*****

Aku tersipu malu memandang Sosok di senja hari. Aroma yang bukan dari semerbak bunga di halaman rumah, membuat aku jatuh pada senja hari. Dia sosok di senja yang cantik, indah,manis,dan menawan hingga membuat ku termenung di senja hari. Dia polos seperti senja yang datang dengan keindahan dan memanjakan mata pada guyuran pemandangan di senja hari. Aku takut! Aku gelisah!... Itu pikiran ku di senja hari yang sentak membuatku bingung untuk menyapa sosok senja hari. Aku khawatir dengan keindahan senja hari, lalu aku menangis dan perlahan ku membuka mata untuk terus memandang sosok itu.  Tuhan aku takut, aku gelisah... Pada sosok di senja hari. Aku bertanya pada anak Jangkrik yang terus menangis mencari induknya di senja hari. Mengapa aku takut pada sosok menawan yang kulihat pada senja, hingga anak Jangkrik itu terus berteriak seolah-olah tak ada yang menolongnya. Lalu aku teringat mengapa aku takut pada sosok di senja hari, karena aku tak mau dia hilang bersama senja yang indah, yang hanya sesaat lalu pergi begitu saja tanpa meninggalkan kenangan di senja hari.



Besikama, 8 Maret 2023.


Selasa, 28 Februari 2023

Tua


Bangunan tak terhuni, dikikis kesunyian dengan palma pada ambang pintu.

Orang-orang kembali bercerita tentang palma yang sepih tetapi gedung tua itu tetap kokoh. Kesunyian diusung pergi oleh teriakan orang-orang tentang Raja yang datang.... "HOSANA PUTERA  DAUD".......

Gubuk tua itu kembali sepih hingga lorong kosong itu mengusap air mata akan sepih citranya. 

Secarik Puisi


                                     Mimpi
 
        Oleh. Mario Valentinus  Tanik.

 

Mimpi kembali terpampang dalam angan. Angan yang selalu mimpi bersama sejuta harapan dan yang menggerogoti jiwa hingga berjalan bersama untuk menerobos sumsum dan melukai daging hingga dosa. Daging yang enggan membengkak meninggalkan bekas hangat pada mimpi yang kelam tentang “dia” di malam itu. Semuanya tentang mimpi. Mimpi yang belum sadar dari birahi dosa dan terus berkobar pada tubuh yang lemah hingga teriaknya akan dosa. Hening di hulu kembali terpecah oleh teriak pada mimpi. Sejuta kata tentang mimpi terus terhimpit oleh orang yang lemah dan mencoba sadar dari mimpi. 
 

Senin, 21 Maret 2022

Sasatra_Poem.

 



“EKARISTI DALAM MIMPI’’

Oleh. Valentino Mario Tanik 

Beranjak dari ranjang, Enggan melangkah

Sujudku untuk tubuhmu. Pada puncak sertamu.

Masih kelabu untuk kurapal ; Saya Berdosa.

Entah mengapa langkah derap kembali mencabar dan

Sahut menyahut pada persiapan pesta ; memecah sunyi.

Seolah-olah Amin-ku kembali berhenti dan

Menatap aksa hingga ke hulu.

Dan teriakan harsa berujung pada

Mari Makanlah Roti!

 

 

Aku Bukan dari Rahimnya

  "  Aku Bukan dari Rahimnya"  Valentinus Mario  Di dalam kegelapan malam yang sunyi, Aku berdiri dengan hati yang hampa, Bukan da...