Senin, 07 Maret 2022

Literasi Digital.

 

                          


                   Oleh.  Mario Valentinus Tanik

                                        

                                                 

                                             Dunia Baru dan Literasi Digital.

 

         Pandemi Covid-19 yang telah berlangsung dua tahun lebih mempengaruhi berbagai sendi kehidupan manusia seperti kesehatan masyarakat, perekonomian, aktivitas pendidikan, dan berbagai sendi kehidupan lainnya. Kondisi ini berpengaruh secara global dan lokal. Kenyataan ini mendorong pemerintah negara di seluruh dunia mengambil berbagai macam kebijakan untuk melindungi warganya. Salah satu kebijakan yang paling lazim adalah pembatasan jarak dan kegiatan. Oleh pemerintah daerah, kebijakan in diterapkan sesuai dengan kondisi setempat. Di Indonesia, kebijakan ini lazim disebut Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Nusa Tenggara Timur, merupakan salah satu provinsi yang menerapkan kebijakan ini, demi melindungi masyarakat-nya. Bertolak dari kondisi yang berimplikasi terhadap pembatasan aktivitas masyarakat, aktivitas ekonomi, aktivitas pendidikan, dan aktivitas sosial, hal ini sangat mempengaruhi aspek kehidupan masyarakat.

         Berbagai aktivitas ini berdampak pada kondisi sosio-ekonomi masyarakat, khususnya masyarakat rentan dan yang berada di bawah garis kemiskinan. Oleh sebab itu, pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, mengeluarkan berbagai kebijakan untuk menanggulangi penyebaran pandemi. Kendati demikian, pelaksanaan berbagai kebijakan ini perlu dipantau dan dievaluasi untuk mengetahui efektivitasnya. Salah satu dampak yang sangat mencolok dari PPKM ini adalah munculnya dunia baru, yakni Literasi digital.

         Literasi Digital di Masa Pandemi merupakan pengetahuan penggunaan media digital, seperti alat komunikasi dan jaringan internet. Keahlian penggunaan literasi digital mencakup kemampuan untuk menemukan, mengerjakan, menggunakan, membuat serta memanfaatkannya dengan cakap, cerdik, dan tepat sesuai kegunaannya. Dalam masa pandemi ini, masalah yang masih dihadapi oleh masyarakat NTT adalah minimnya sumber daya alam (SDA), dalam hal ini adalah masalah perekonomian. Dari sektor perekonomian ini, bumi Nusa bunga mengalami kemerosotan yang serius. Hal ini, layaknya mengingatkan kita pada 1982, yang mana Negara mengalami masa-masa krisis ekonomi. Masalah ini tidak hanya berdampak pada masyarakat tetapi deviasi Daerah NTT. Sebagai kaum millennial yang solutif dan inovatif, cara mempersenjatai diri melawan dan mengendalikan situasi perekonomian di masa pandemi ini adalah memanfaatkan media digital  dengan berliterasi; Demi tujuan memulihkan kembali perekonomian yang tengah mengalami kemerosotan. 

 

         Fase baru dalam dunia modern memberi penekanan bagi setiap orang untuk memahami beberapa aspek kehidupan. Perspektif atas dunia dan situasi sekarang, membuat orang mampu beradaptasi dan bersaing dalam berbagai bidang. Dalam masa pandemi ini, pencapaian revolusi industri 4.0 semakin relevan dan signifikan dalam membantu masyarakat di setiap ranah kehidupan, Khususnya masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT).

         Pandemi covid-19 telah berhasil mengubah sikap manusia dalam menata kehidupan masyarakat. Hal ini menjadikan masyarakat memiliki banyak waktu di rumah. Namun, kendati demikian sebagai masyarakat yang beradaptasi dengan perkembangan zaman, masyarakat NTT mampu menciptakan budaya-budaya baru, termasuk budaya literasi. Dilihat dari berbagai aspek,  budaya literasi merupakan sarana rekonstruksi dengan berbagi cara. Dengan  adanya budaya ini,  masyarakat dapat melakukan berbagai hal melalui budaya ini, khususnya literasi Digital.

         Munculnya literasi digital, berawal dengan hadirnya revolusi industri 4.0 yang membantu masyarakat berkiblat dalam dunia digital. Dengan literasi digital, masyarakat dapat memperoleh berbagai macam peluang untuk berselancar dalam dunia digital. Konsekuensi logis untuk memahami atau membaca peluang di masa pandemi, masyarakat perlu memahami satu konsep literasi kritis dalam dunia digital sebagai bentuk  pemecahan persoalan yang ditawarkan dalam dunia digital. Literasi kritis yang dimaksudkan adalah analisis strength (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunities (peluang), threats (ancaman) atau dikenal dengan sebutan SWOT, yakni sebagai landasan sebelum membuka usaha di masa pandemi. Hal tersebut menunjukan suatu bentuk implementasi dari budaya literasi. Berkaitan dengan hal ini, masyarakat dapat melakukan literasi investasi untuk menata kembali ekonomi  di tengah situasi pandemi. Terlepas dari khalayak masyarakat, institusi Pendidikan pun mengambil bagian dalam mempengaruhi keterampilan pelajar untuk berliterasi dan memperkenalkan siswa pada sistem digital. Hal ini dapat dikatakan sebagai suatu peningkatan literasi pendidikan.

         Produktivitas dari gebrak revolusi industri 4.0 dan literasi digital membantu masyarakat menyambut gayung sosio-ekonomi di masa pandemi. Budaya literasi digital membantu masyarakat untuk mengasa keterampilan dan inovasi  dalam berbagai aspek.

         Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu provinsi yang membangun perubahan di masa modern, khususnya dunia digital. Kolaborasi dunia digital ini, dapat membangkitkan literasi digital kalangan masyarakat NTT,  Instansi, para pelajar. Contoh  dari revolusi literasi digital yang membantu masyarakat dalam sosio-ekonomi yakni dunia perbankan. Sistem baru atau platform dari perbankan khususnya BANK NTT, yakni membuat terobosan baru dalam kemajuan literasi digital bagi masyarakat NTT. Terobosan yang dimaksudkan adalah aplikasi e-banking, B’Pung mobile dan mobile banking, yang merupakan sarana transaksi perbankan. Dari fasilitas bank NTT Mobile Banking merupakan suatu gerakan dari revolusi industri 4.0  sebagai bentuk platform Android. 

         Dalam memahami konsep revolusi industri 4.0 dan budaya literasi digital, masyarakat dapat memberi pemahaman atau analisis mengenai literasi digital yang terkadang memberi penawaran positif atau negatif. Namun, untuk memahami pola pikir terhadap teknologi dan berbagai peluang yang diberikan dalam dunia digital, kita, sebagai masyarakat NTT saling bersolider terhadap edukasi budaya teknologi. Sehingga dalam berkiblat di dunia digital kita mengupayakan diri untuk tidak mempersoalkan keadaan masyarakat NTT. Dari  investigasi terhadap budaya digital, hal ini memungkinkan memberi transformasi bagi setiap masyarakat sebagai implementasi terhadap budaya literasi. 

         Hemat saya, budaya literasi  dalam dunia digital mampu menyadarkan setiap orang mengenai pentingnya manfaat literasi di masa pandemi; Menurut Brian Wright dalam infographics yang berjudul Top 10 Benefits of Digital Literacy: Why You Should Care About Technology, ada 10 manfaat penting dari literasi digital, sebagai berikut: Menghemat waktu, Menghemat uang, Belajar lebih cepat, Lebih aman, Memperoleh informasi terkini, Selalu terhubung, Membuat keputusan yang lebih baik, Membuat dan membantu pekerjaan, Membuat lebih bahagia,  dan Mempengaruhi dunia.

 

        Literasi digital telah membawa banyak manfaat bagi kehidupan masyarakat. Manfaat tersebut di antaranya:  Lingkungan masyarakat mampu menggunakan media internet sebagai rekonstruksi perekonomian. Selain hal ini, literasi digital dapat disosialisasi bahan referensi tentang hukum dan etika dalam menggunakan media digital oleh berbagai pihak agar membantu masyarakat. Dalam budaya literasi, seseorang bisa membagikan cara-cara berselancar dalam dunia digital, dan memberi edukasi terkait masalah-masalah yang muncul  dalam gebrakan revolusi industri 4.0. Maka budaya literasi  digital  menjadi sarana potensial bagaimana seseorang dapat berteknologi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aku Bukan dari Rahimnya

  "  Aku Bukan dari Rahimnya"  Valentinus Mario  Di dalam kegelapan malam yang sunyi, Aku berdiri dengan hati yang hampa, Bukan da...